Masukan nama pengguna
Bandara.
Sebuah tempat yang selalu dirindukannya setiap waktu. Hiruk pikuknya, menggeret koper sambil memegang selembar kertas bertuliskan boarding pass, hingga aroma roti dan kopi di sebuah kedai kecil yang selalu ia sambangi ketika bepergian.
Belum lagi keindahan lorong menuju pesawat yang disebut belalai pesawat. Benda yang menghubungkan antara ruang tunggu dengan badan pesawat. Terkadang lorong tertutup, terkadang pula memiliki kaca, sehingga ia bisa melihat pemandangan runaway bandara.
Namun, tidak semua pesawat selalu terhubung dengan 'belalai'. Kadang kala, ia harus berjalan atau menggunakan bis bandara untuk mencapai tempat parkir burung besi yang akan ditumpanginya.
Ketenangan dirasakannya seketika, saat aroma kabin pesawat terendus. Aroma yang mampu merasuk sukma, seumpama aromaterapi dan tidak bisa ditemukan di dalam botol parfum manapun.
Dari semua waktu penerbangan, malam hari hingga menjelang subuh, selalu menjadi favoritnya. Nyala lampu landasan pacu berpadu dengan kerlipan gugusan bintang, membawa dirinya pada sebuah kisah di masa lalu. Membuat ia selalu ingin berkelana tak menentu, hanya untuk menghadirkan kembali sosok belahan jiwanya.
"Waeyo? Kenapa? Kamu melamun lagi ya?"
"Enggak. Hanya mencoba mencari jawaban di atas langit. Siapa tau ada orang yang pernah menebar jawaban atas keresahan penduduk Bumi."
"Neo aju gwiyeobguna. Kamu lucu sekali. Mana ada yang seperti itu? Ireona! Bangun! Kamu tidak hidup dalam mimpi."
"Bagaimana caranya jika membedakannya saja aku gak bisa? Terkadang aku merasa nyata padahal mimpi, ataupun sebaliknya."
"Hahaha ... Michyeosseo. Gila. Mungkin kamu sudah gila."
"Enggak! Aku masih waras. Bahkan ada perbedaan yang membuatku pusing setengah mati. Seperti membedakan antara benci dan cinta. Astaga!
" Manusia itu rumit! Bilangnya gak suka, gak cinta, tapi perhatiannya seperti orang sedang jatuh cinta. Giliran dibalas, malah menjauh! Maunya apa coba? Mungkin dia yang sudah tidak waras."
"Kamu tau apa bedanya 'orang' dan 'cinta'? Dalam bahasa Korea, orang itu 'saram' dan cinta itu 'sarang'. Kita mengucapkan 'saram' diakhiri dengan mulut terkatup, sebaliknya 'sarang', kita akhiri dengan mulut terbuka.
"Manusia itu pada dasarnya makhluk tertutup. Mencoba memahaminya sama saja dengan menyelami lautan. Isseul su eobseo. Impossible. Coba sertakan cinta. Setidaknya, kamu masih bahagia meskipun berakhir getir."
"Excuse me, Miss. We already arrived at Incheon."
Ia terkejut. Segera saja sabuk pengaman dilepaskan, mengumpulkan barang miliknya, dan kemudian bergegas keluar dari kabin pesawat dengan senyum mengembang. Kegalauannya hilang begitu saja.
Self talk selalu bisa dilakukan dimana saja bukan?