Masukan nama pengguna
"Tunggu sebentar, Sima! Kenapa aku merasa kalimat barusan familiar? Sepertinya kamu pernah mengatakan itu di awal cerita bukan?" Kata Hiza sambil mengerutkan kening dengan serius. Jadwal terbang mereka masih lama, karena alasan keamanan pesawat yang seharusnya mereka tumpangi telah tiba di bandara.Tapi penerbangan mereka di tunda selama 3 jam kemudian.
"Kamu sangat tajam, Hiza." Sima tersenyum mendengar kata-kata Hiza. "Jadi, apakah kamu menyadari sesuatu sampai sekarang?" Sima berkata dengan matanya yang berkilat licik. Ketika Hiza mendengar kata-kata Sima, sebuah inspirasi langsung terlintas kepalanya, dia sepertinya menyadari sesuatu yang sangat kritis.
Itu terlihat dari wajahnya yang sangat bersemangat karena suatu alasan. Matanya terbuka lebar. Tapi Sima tidak membiarkan dia untuk mengatatakan apapun, dan melanjutkan ceritanya dengan penuh perasaan melankolis.
***
Burung betina terus menyaksikan siklus pengulangan yang tidak pernah berakhir itu dan mengintip dengan perasaan bersalah.
Setelah sepuluh tahun bersama mengalami siklus, si burung betina yang terus mengintip dan burung jantan sebagai pelakunya, ketika burung betina mengetahui kematian si burung jantan dia menangis dan bersedih, tapi tidak bisa mengakhiri siklus tersebut.
Kemudian burung betina pergi dan meninggalkan hutan tersebut. Dia terbang dan mencari ketenangan pikiran. Menikmati luasnya langit dan kebebasan yang dia miliki sebagai hewan dan melupakan semua kesedihan serta kejadian sebelumnya.
Perlahan semua itu menghilang dari memorinya. Seperti bulu-bulunya yang putih dan bersih di sekujur tubuh nya. Burung putih itu kembali menikmati hidupnya dengan senang hati dan ceria.
Lalu, suatu ketika.
Dia melihat seekor burung terbang di kejauhan, ketika dia mendekat dan melihat, burung itu memiliki warna putih seperti dirinya di sekujur tubuhnya. Dia merasa bahwa burung itu adalah pasangannya yang di atur oleh tuhan, itu adalah takdirnya.
Kemudian dia mendekati burung tersebut dan tanpa masalah apapun burung itu juga menyukai dia!
***
Tidak, bukankah ini awal dari cerita Sima? Hiza merasa seperti itu di dalam hatinya. Lalu dia menebak sesuatu dan bertanya kepada Sima. "Sima, bukankah ini awal dari siklus itu?" Sima tidak langsung menjawab pertanyaan Hiza, setelah melihat kearah kejauhan, dia menghela nafas. "Tidak! Itu adalah akhir dari siklus!" Kata Sima.
Hiza kali ini bingung. “Lalu jika itu adalah akhir siklus, kenapa burung betina bertemu kembali dengan burung putih? Apakah itu burung lain?” Hiza bertanya. "...Itu burung yang sama sebelumnya yang dia temui di awal~!" Sima menjawab dengan gembira.
"Hah? Jika itu burung yang sama lalu kenapa itu adalah akhir siklus? Bukankah itu artinya itu adalah awal dari siklus yang terulang itu?" Hiza sedikit mengeryit. Dia merasa kepalanya sakit karena tidak mengerti.
"Itu karena dalam paradoks, akhir siklus adalah awal dari siklus baru!” Tiba-tiba kedua sahabat itu mendengar suara dari belakang. Seorang petugas bandara entah kapan sudah berdiri di belakang mereka sambil tersenyum menatap mereka.
Mendengar jawaban pria itu, membuat Hiza tersadar dari kebingungannya. Sekarang dia mengerti jawaban dari pertanyaannya. "Tapi, bagaimana kamu tahu cerita Sima?" Hiza bertanya kepada petugas bandara itu. "Tentu saja, aku tahu. Itu cerita Tuan Mu, Bukan? Itu sangat terkenal, banyak orang yang menyukai buku pasti tahu." Petugas bandara itu menjawab sambil tetap tersenyum.
"Oh! Lalu ada apa?" Hiza bertanya kembali. "Baiklah, jadwal kalian sudah dimajukan, pesawat kalian sudah siap. Silahkan ikut dengan saya." Kata petugas tersebut. "Begitu. Sima bawa barang mu. Mari lanjutkan ceritanya sambil berjalan." Kata Hiza kepada Sima. "Oke. Kamu masih belum puas, kan" Sima tersenyum dan mulai mengepak kopernya.
"Apa judul buku itu, Sima?" Di jalan Hiza bertanya kepada Sima. "Burung putih yang tidak kehilangan warnanya!" Sima menjawab dengan santai. "Hah? Kenapa 'Burung putih yang tidak kehilangan warnanya'?" Hiza bingung dengan judul cerita itu.
“Karena si pengintip dan pelaku sudah meninggal pada hari yang sama… tapi jiwa mereka terus melekat pada siklus tersebut… dan mengalami semua itu dengan perasaan baru di setiap pengulangan, tanpa menyadari nya!” Sima menjawab pertanyaan Hiza.
“Dan baru mengetahui kebenaran di tengah siklus, lalu burung betina mengulangi proses sepuluh tahun sebagai penebusan terhadap si jantan. Kisah itu belum selesai, sebenarnya si betina mengalami secara langsung proses itu dengan si jantan pada setiap tahun kelima, dia keluar dari persembunyiannya, dan menjadi pasangan yang tidak pernah ada di dekat si jantan."
Petugas bandara itu kembali ikut dengan pembicaraan mereka berdua. "Walaupun burung jantan tidak lagi memiliki kesadaran dalam jiwanya… tapi burung betina tetap menikmati semua yang dia lakukan padanya." Dia melanjutkan. "Kenapa dia melakukan itu?" Hiza bertanya kepada petugas itu.
“Karena burung betina tidak bisa menahan kerinduannya setiap kali setelah 5 tahun pertama, kemudian dia mengalami 5 tahun kedua, lalu dia pergi setelah menyelesaikan penebusan nya, dan siklus akan di mulai lagi.” Kali ini Sima yang menjawab bukannya petugas.
“Huh? Kenapa dia tidak keluar lebih awal ketika burung jantan belum meninggal? Dan malah melakukannya ketika di dalam siklus?” Hiza penasaran.
"Aku juga tidak tahu! Tidak ada yang tahu jawaban dari pertanyaan itu, penulisnya, Tuan Mu, tidak menyebutkannya bahkan sampai akhir buku." Kata petugas itu.
“Tidak… tunggu sebentar! Itu bukan jawaban dari pertanyaanku sebelumnya, kenapa disebut ‘burung putih yang tidak kehilangan warnanya’ ? bukan kah itu yang kutanyakan sebelumnya?” Hiza kembali pada pertanyaannya sebelumnya.
“Itu karena si burung jantan yang tidak kehilangan harapannya pada pasangan yang menghilang! Kalimat itu di sebutkan untuk burung jantan, bukan pada burung betina!” Jawab Sima. “Dalam akhir buku, disebutkan bahwa pertemuan mereka di awal diulangi dalam dunia paralel yang lain, dengan burung betina memiliki kesadaran penuh dalam dirinya.” Sima melanjutkan dengan wajah rumit.
"Apa-apaan? Kenapa arahnya berubah sangat cepat? Dunia paralel? Lalu apa maksudnya dengan kesadaran penuh?" Hiza sedikit tidak bisa menerima perubahan di mendadak itu. “Itu artinya pertemuan mereka di dunia lain, …bukan kebetulan seperti sebelumnya,… tapi di sengaja oleh burung betina!” Kata petugas bandara.
Hiza merasa pusing ketika mendengar itu, dia merasa kepalanya akan pecah. Dalam perjalanan menuju pesawat dia terus menerus memikirkan cerita itu dengan linglung!
Bersambung!
Tuan MU : Alur cerita melebar terlalu jauh dan tiba-tiba. Yup, Aku tahu itu. Nantikan kelanjutan!