Masukan nama pengguna
Disebuah ruangan, dengan penerangan yang remang-remang. Dua orang terlihat saling memandang satu sama lain. Orang pertama, mengenakan pakaian serba hitam, dengan mulut dan hdung ditutupi masker berwarna hitam, dan topi berwarna hitam, masih belum diketahui apakah dia wanita atau pria. Ia tengah berdiri, dengan jari-jemari tangan kirinya mengepal dengan sangat kuat, seperti ingin meninju sesuatu. Dan, tangan kanannya menggenggam senapan api dengan sangat erat. Matanya melotot penuh api dendam dan amarah. Sedangkan, seorang pria yang berlumuran darah di bibir, dan bahunya. Tengah duduk dengan posisi kaki dan tangan terikat. Ia begitu lemah, dan tak berdaya.
“Kenapa kau melakukan hal sekeji itu? Jawab.!” Teriak seseorang yang mengenakan pakaian serba hitam itu, kepada pria yang terlihat duduk lemah.
Pugg.!!
Satu pukulan berhasil mengena pipi pria yang telah tak berdaya itu.
“Sudahku bilang, bukan aku pelakunya,” Ucapnya dengan terengah-engah, sembari menatap dengan mata sayunya.
“Orang itu, dia … dia yang telah membunuhnya.” Sambung pria yang telah kehabisan napas tersebut.
Brakkk.!!
Seseorang dari luar membuka pintu dengan kasar. Sepatu hitam dengan kaki jenjangnya. Dengan langkah panjang, ia memasuki ruangan yang sudah seperti tempat pengeksekusian tersebut. Tangan kanannya telah siap dengan senapan api yang telah diisi beberapa peluru. Bibir merah dengan senyum menakutkan.
Kedua orang yang besitegang itupun menoleh secara bersamaan kearah orang yang tengah berjalan mendekati mereka. Pria yang tengah lemah itu terkejut bukan kepalang. Namun, orang yang sudah terlihat seperti iblis dan akan menghabisi pria itu terlihat biasa saja.
“Di-dia pelakunya.” Ucap pria yang duduk dengan tangan dan kaki terikat.
Orang yang mengenakan pakaian serba hitam pun terkejut, ia Nampak tidak mempercayai apa yang ddikatakan pria yang akan mati ditangannya sebentar lagi. Ya, ia yang akan menjemput ajal pria tua Bangka yang telah membuat hidupnya hancur. Orang yang tengah berjalan kearah mereka pun menampakkan wajahnya dari sisi gelap ruangan itu. Senyumnya semakin menyeramkan dikala cahaya lampu yang remang-remang itu menyoroti wajahnya. Kini orang yang membanting pintu itu, telah berhadapan dengan orang yang mengenakan pakaian serba hitam itu. Mata mereka saling pandang, mata yang sama dengan membawa senjata yang sama juga.
Senyum orang yang memiliki bibir merah itu semakin melebar. Matanya memang memandang dengan pandangan bersahabat, namun, tangannya mengepal seakan membenci orang itu. Sedangkan, orang yang mengenakan pakaian serba hitam itu, Nampak masih keheranan, dengan apa yang dikatakan tua Bangka yang akan mati sebentar lagi. Orang yang mengenakan pakaian serba hitam itu menggeleng pelan. Orang yang memiliki bibir berwarna merah tu tidak menghiraukannya. Ia terus tersenyum lebar bak orang gila.
“Hai Blackbird.” Sapaan yang begitu sederhana, namun menakuttkan.
Dorr.!!
Satu pelur telah mengenai tepat didahi pria yang tengah duduk lemah itu. Setelah orang dengan bibir berwarna merah itu menyapa orang yang berpakaian serba hitam itu, kini, telah tiba waktunya pria yang tengah duduk tak berdaya itu menemui ajalnya. Kedua orang itu menapat pria itu dengan tatapan amarah yang terpancar dari kedua mata mereka.
-CAYA-