Flash
Disukai
0
Dilihat
2,767
Bayangan di Atas Kamar
Horor

Di sebuah desa kecil, tinggal seorang lelaki tua bernama Pak Rudi yang kaya raya. Ia menikahi tiga wanita muda: Sari, Melati, dan Bunga. Meskipun tampak bahagia, suasana di rumah mereka terasa aneh dan menegangkan.

Setiap malam, Sari merasakan sesuatu yang tidak beres. "Kalian tidak merasa aneh? Seperti ada yang mengawasi kita," tanyanya kepada yang lain. 

Melati menjawab, "Aku juga merasakannya! Kadang aku terbangun dan melihat sosok hitam di sudut kamar." 

Bunga berusaha menenangkan, "Hush! Jangan bicara begitu. Mungkin kita hanya lelah. Tidur saja!"

Namun, malam itu, ketiga wanita itu terbangun bersamaan. Bayangan gelap berdiri di sudut kamar, menatap mereka dengan tatapan kosong. Mereka saling berpandangan, ketakutan. 

"Apa itu?!" tanya Sari.

"Aku tidak tahu, tapi kita harus keluar dari sini!" Melati menjawab panik.

Saat mereka berusaha bangkit, bayangan itu melangkah maju, dan suara menyeramkan bergema di dalam kamar, "Kembalilah… Kalian tidak bisa melarikan diri dariku!"

Dengan ketakutan yang semakin dalam, Sari memberanikan diri untuk bertanya, "Siapa kau?! Kenapa kau mengganggu kami?!"

Bayangan itu melangkah lebih dekat. Saat lilin menyala lebih terang, mereka melihat wajah seorang wanita yang tampak marah dan penuh kesedihan, itu adalah mantan istri Pak Rudi.

"Kalian telah mengambil semuanya dariku! Cinta, perhatian, bahkan kehidupan!" suara bayangan itu bergema di dalam kamar.

Mendengar itu, Melati dan Bunga menjerit. Dalam kepanikan, mereka berlari menuju pintu, tapi terkunci. "Tolong, buka pintunya! Kita harus pergi!" teriak Bunga.

Bayangan itu semakin mendekat, dan Sari meraih lilin, mengacungkannya ke arah bayangan. "Kami tidak ingin melukai siapa pun! Kami hanya ingin hidup!"

Namun, bayangan itu tertawa sinis. "Kalian sudah mengambil hidupku, sekarang giliran kalian!"

Ketika bayangan itu menyerang, ketiga wanita itu jatuh ke lantai dalam keadaan panik. Dalam sekejap, mereka merasakan hawa dingin yang menyengat, membuat mereka terbatuk-batuk.

Dengan keberanian yang tersisa, Sari berteriak, "Pak Rudi! Tolong kami!"

Di luar, Pak Rudi terbangun mendengar jeritan istri-istrinya. Dia berlari ke kamar, dan saat dia membuka pintu, bayangan itu menghilang, meninggalkan ketiga wanita yang tergeletak di lantai.

"Apa yang terjadi?!" tanya Pak Rudi, wajahnya terlihat cemas.

Mereka segera berdiri, masih gemetar. "Kami melihat sosok wanita. Dia bilang kami telah mengambil hidupnya!" Melati menjelaskan.

Pak Rudi terdiam, wajahnya berubah pucat. "Itu mantanku… dia meninggal dengan tragis, dan aku tidak bisa melupakan dia."

Ketika dia berbicara, bayangan itu kembali muncul di sudut kamar, lebih dekat dari sebelumnya. "Kalian tidak bisa melarikan diri! Ini adalah tempatku!" teriak suara bayangan itu.

Dalam kepanikan, ketiga wanita itu berlari ke arah Pak Rudi, tetapi bayangan itu menghalangi jalan.

Akhirnya, Pak Rudi mengambil keputusan. "Kita harus menghadapinya! Jika dia tidak tenang, kita tidak akan tenang juga."

Dia maju, berhadapan langsung dengan bayangan itu. "Maafkan aku! Aku tidak ingin menyakitimu. Kami akan berdoa untukmu."

Bayangan itu terdiam, lalu perlahan menghilang, membiarkan mereka semua terengah-engah.

"Apakah kita aman sekarang?" tanya Melati.

"Aku harap begitu…" jawab Sari dengan nada cemas.

Setelah malam itu, ketiga istri Pak Rudi dan Pak Rudi sendiri melakukan ritual untuk menghormati arwah mantan istrinya. Meski ketakutan masih membayangi, mereka berusaha hidup dengan lebih tenang, belajar dari masa lalu dan mengingatkan satu sama lain untuk tidak melupakan orang-orang yang telah pergi.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)