Masukan nama pengguna
Hari ini, 21 Juni 2018 adalah hari pertama aku memasuki kelas satu SMK, setelah satu minggu aku menghadiri MOS, aku sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah, terutama di kelas aku semuanya perempuan dan tidak ada laki-laki.
Ya, karena aku mengambil jurusan fashion, maka bisa dimaklumi kalau tidak ada lakilaki. Selain itu, aku tidak terlalu suka anak laki-laki, karena aku dibully dari kecil hingga sekolah menengah. Aku diejek, dipukul, dicubit dan semua itu berhubungan dengan laki-laki, makanya aku masih trauma sampai sekarang.
Untung saja tidak ada anak laki-laki di kelasku. Bahkan jika ada aku pasti akan pindah dari sana.
Jam tepat menunjukkan pukul 06.00 pagi. Aku segera berkemas dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, aku tidak ingin hari pertamaku meninggalkan kesan yang buruk. Jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai ke sekolah.
“Sudah siap?” Kata ayahku.
“Sudah yah, ayo berangkat.” Ucapku
Ayahku mengendarai sepeda motor dengan sangat hati-hati. Setelah 15 menit akhirnya aku sampai di sekolah. Aku pamit pada ayahku dan segera berangkat ke sekolah. Aku sangat terkesan dengan sekolahku, sekolah ini sangat indah dan akudapat melihat bahwa perjalanan aku menuju sukses akan dimulai di sini. Aku segera pergi ke kelas dan bertemu dengan teman baruku.
“Ta.” Panggil salah satu temanku.
“Iya,” kataku.
“Salam kenal yah aku Wulan, kita satu kelas.”
“Halo Wulan, salam kenal juga nama aku Mita.”
“Halo Mita. Ayok sekarang kita ke aula, upacara sebentar lagi akan dimulai.”
“Yaudah ayo lan.”
Aku dan Wulan langsung menuju ke aula karena upacara akan segera dimulai.
Aku memilih untuk berbaris di urutan ketiga dari belakang. Karena ini merupakan acara penyambutan siswa baru, maka pihak sekolah memilih dua orang perwakilan dari siswa baru tersebut. Satu cowok dan satu cewek. Ketika perwakilan siswa baru maju ke depan, aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku. Aku terpesona pada cowok itu dan jantungku berdetak kencang. Entah apa yang terjadi padaku, aku langsung membuang muka dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa denganku.
Sejak saat itu aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku, aku merasa bahagia saat bertemu dan melihatnya. Aku belum pernah merasa seperti ini sebelumnya, bahkan untuk melihat pria saja aku tidak ingin, tapi kenapa aku seperti ini sekarang. Apalagi dia selalu mendekatiku dan mengajakku bicara. Aku selalu menghindarinya, tapi tetap saja dia selalu mendekatiku.
Pertama kali dia mendekatiku ketika aku tidak sengaja berbaris dengannya selama acara kedisiplinan, dia melihatku dan tersenyum ke arahku. Sejak saat itu entah kenapa aku selalu bertemu dengannya dan dia selalu ada di pikiranku.
“Mitaliana Gabriella Maquerin.”Panggilnya padaku
“Dari mana kamu tahu namaku?” kataku
“Itu tidak penting. Umurmu 15 tahun, dua tahun lebih muda dari aku. Agamamu
Islam, kau suka cokelat dan kau pandai menyanyi dan menari. Benarkan?” Tanya dia.
“Benar, tapi dari mana kamu tahu semua itu?”
“Aku kan sudah bilang semua itu tidak penting, sekarang yang terpenting aku ingin menjadi temanmu.”Pintanya
“Apa?” aku terkejut
“Iya teman.”
“Tidak, aku tidak mau.”
“Kenapa?”
“Itu tidak penting, pokoknya aku tidak mau berteman dengan semua pria apalagi dengan kamu.”Ucapku, sambil aku meninggalkannya.
Sebenarnya aku merasa tidak enak karena menolaknya seperti itu, tapi tetap saja trauma masa laluku masih menghantuiku. Aku hanya ingin pergi ke sekolah dengan tenang dan fokus untuk mencapai impianku.
Setelah sebulan berlalu, dia masih mendekatiku dan memaksaku untuk menjadi temannya. Akhirnya aku mengalah dan menerimanya sebagai temanku. Hari-hari berlalu dan kita mulai akrab dan aku bisa sedikit mengurangi traumaku. Oh ya, namanya Aditya Syarifuddin, dia jurusan pengelasan. Dia orang yang cerdas, dia selalu berbagi hal denganku. Seperti, kita sering belajar bersama dan dia selalu memberitahuku jika aku melakukan kesalahan.
Hari-hari berlalu aku habiskan bersama keluarga, teman-temanku dan juga Aditya dengan bahagia. Aku sangat beruntung bisa mengenal Aditya, karena sekarang aku bisa memulai hidup baru dan meninggalkan masa lalu. Aku ingin hidup bahagia dan sukses. Tepatnya hari ini adalah hari kelulusanku dan Aditiya. Aku sangat senang bahwa aku lulus dengan nilai tertinggi dan aku lulus di salah satu universitas terbaik di negaraku. Aku merasa beruntung terutama ketika Aditya mengatakan bahwa dia sangat mencintaiku dan akan menikahiku ketika aku menyelesaikan studiku. Aku tidak sabar untuk itu. Sekarang aku harus fokus pada masa depanku dulu, mengejar tujuan dan impianku.
8 tahun kemudian
Sudah delapan tahun, sekarang aku menjadi pengusaha dan penulis sukses. Aku memiliki perusahaan sendiri. Aku sangat bangga dengan diriku dan juga tidak lupa untuk bersyukur, karena ini semua berkat Allah dan juga orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan mendoakanku. Aku sangat ingin tahu tentang kabar temantemanku dan Aditya. Terakhir kali kami memutuskan untuk tidak saling memberi kabar saat kami lulus dari SMK.
Akhirnya karena penasaran aku memutuskan untuk bertemu dengan temanku dan kami bertemu setelah lama tidak bertemu. Aku juga bertemu dengan teman lamaku. Teman SD, kami berbincang hingga ada satu kata dari temanku yang membuatku terkejut.
“Aditiya Syarifuddin, dimana kau?”Kata salah satu temanku.
“Apakah Syarif datang?”
“Tidak tahu.”
Sontak aku bingung kenapa namanya sama dengan nama orang yang aku cintai.
“Maaf, bolehkah aku bertanya?”Kataku.
“Boleh.”Ucap temanku.
“Aditiya Syarifuddin itu siapa?”Tanyaku.
“Masa kamu tidak kenal, dia orang yang pertama kali membullymu.”
“Terimakasih.”Ucapku.
Bagaimana aku bisa melupakan orang itu. Orang yang paling aku benci, dia adalah orang pertama yang menghasut semua orang untuk membullyku, dan membuatku trauma. Bahkan dialah yang mengatakan bahwa aku jelek dan dia tidak ingin melihatku. Kok namanya sama dengan Aditya yang aku sayang. Aku terus berpikir positif, mungkin ini hanya kebetulan. Pikiran positifku hanya bertahan sebentar ketika Aditya datang. Ternyata ini bukan kebetulan, Aditya yang aku cintai adalah orang yang sama dengan Aditya yang paling aku benci.
Aku masih tidak percaya dengan semua ini. Kami saling menatap, dia sangat terkejut bahwa aku ada di sini. Aku segera meninggalkan tempat itu dengan air mata mengalir di pipiku. Aditya sepertinya mengejarku sekarang.
“Ta tunggu, aku bisa jelasin.” Kata dia dengan memegang tanganku.
“Jelasin apa lagi, semuanya sudah terbukti Aditiya kalau kamu itu adalah Syarif, orang yang paling aku benci. Lepaskan tanganku!!” Bentakku sambil menangis.
“Aku tidak akan lepaskan. Dengarkan aku, aku sangat mencintaimu Mita.”
“Tidak Aditiya. Kamu tahu yang kamu perbuat telah menghancurkanku. Aku sangat truma dan takut setiap kali aku melihat pria. Apa yang kamu perbuat dulu tidak bisa aku maafkan, bukan hanya luka fisik saja yang aku derita tetapi mental juga Aditiya.” Ucapku.
“Aku tahu itulah sebabnya aku datang, aku ingin meminta maaf dan menebus kesalahanku. Aku menyesal aku ingin mengobati lukamu.”
“Kau tidak mengobatinya Aditiya, justru aku semakin terluka karena dirimu.”
“Aku minta maaf, aku akan menerima apapun resikonya.”
“Pergilah, jangan ganggu hidupku lagi.”
“Tidak Mita, aku tidak bisa hidup tanpamu.”
“Aku mohon Aditiya, pergilah. Kita akhiri saja disini semuanya.”
“Baiklah jika ini keputusanmu aku akan menerimanya. Mungkin ini adalah balasan yang aku peroleh karena dimasa lalu aku jahat padamu. Tetapi aku akan tetap mencintaimu. Selamanya.” Ucapnya. Aditiya pun melepaskan tanganku dan dia pergi.
Aku merasa sangat sakit, aku sangat mencintainya tetapi disisi lain aku juga sangat membencinya bagaimanapun juga masa laluku tidak bisa aku lupakan, dan yang dia perbuat sulit untuk aku maafkan. Aku akan menerima semua ini dan hidup seperti biasa lagi. Mungkin ini adalah hal yang terbaik untukku dan Aditiya.
Tiga tahun berlalu setelah semua hal yang kulalui dengan sangat sulit. Perlahanlahan aku mulai terbisa dan menerima semuanya. Mungkin aku tidak ditakdirkan berjodoh dengan Aditiya dan aku memilih untuk fokus pada karirku dan aku tidak tahu bagaimana keadaannya.
“Halo, apa? Aku akan segera kesana.”
Aku bergegas menuju rumah sakit saat aku tahu Aditiya sedang sekarat dan dia memanggil-manggil namaku. Aku sangat terkejut melihat kondisinya. Ternyata dia terlibat kecelakaan dan kondisinya sangat parah. Aku mendekatkan wajahku padanya. dia mulai tersadar.
“Maafkan aku.” Ucapnya dengan suara lembut.
“Aku memaafkanmu.” Ucapku.
“Aku mencintaimu.” Itulah kata terakhir yang dia ucapkan untukku.
Aku belum sempat menjawabnya. Dia meninggal saat matahari terbit, dia bagaikan sinar matahari yang selalu mewarnai hariku. Dia dikuburkan dengan tenang. Aku sudah melupakan semua dan memaafkanmu Aditiya. Aku berharap kamu tenang disana dan bahagialah.
Aditiya kamu akan menjadi Arunikaku, selamanya.
Pesan moral Janganlah kita menyakiti orng lain karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan tetaplah fokus untuk menggapai masa depan.